SISTEM POLITIK VERSI EASTON

SISTEM POLITIK
Hasil Laporan Bacaan David Easton Bab III - V
Oleh : REZA FAJRIN


Sebelum membahas lebih lanjut pemikiran Easton tentang sistem politik, kiranya terlebih dahulu perlu kita ketahui bahwa David Easton dikenal sebagai teoritis politik pertama yang memperkenalkan pendekatan sistem dalam ilmu politik. Menurut pendekatan ini, setiap sistem tentu memiliki sifat pertama, terdiri dari banyak bagian-bagian ; kedua, bagian-bagian itu saling berinteraksi dan saling tergantung ; ketiga, sistem itu mempunyai perbatasan (boundaries) yang memisahkannya dari lingkungannya yang juga terdiri dari sistem-sistem lain. Dan berdasar definisi Easton tentang politik, sistem politik adalah bagian dari sistem sosial yang menjalankan alokasi nila-nilai (dalam bentuk keputusan-keputusan atau kebijaksanaan-kebijaksanaan) yang alokasinya bersifat otoritatif (yaitu dikuatkan oleh kekuasaan yang sah) dan alokasi yang otoritatif itu mengikat seluruh masyarakat. Dalam masyarakat modern, otoritas atau kekuasaan yang sah yang memiliki wewenang sah untuk menggunakan kekuasaan-paksaan berbentuk Negara.
Untuk memudahkan kita dalam memahami sistem politik, di sini penulis mencoba memberi penafsiran sistem politik secara sederhana yang di kemukakan oleh Easton. Easton mendefinisikan Sistem adalah kesatuan dari seperangkat struktur yang memiliki fungsi masing-masing yang bekerja untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem politik adalah kesatuan dari seperangkat struktur politik yang memiliki fungsi masing-masing yang bekerja untk mencapai tujuan suatu negara.
Sedangkan pengertian politik, Easton menerjemahkan politik sebagai "proses alokasi nilai dalam masyarakat secara otoritatif." Pengertian politik sebagai alokasi nilai yang bersifat otoritatif ini menandai 2 tahap pembentukan teori sistem politiknya. Perhatian pada nilai sebagai komoditas yang dinegosiasikan di dalam masyarakat merupakan titik awal berlangsungnya suatu proses politik. Namun, proses alokasi nilai ini tidaklah dilakukan secara sembarang atau oleh siapa saja melainkan oleh lembaga-lembaga masyarakat yang memiliki kewenangan untuk itu.
Begitu juga halnya, untuk dapat memperoleh jalan yang terbaik untuk memahami makna status teoritis sistem politik maka alangkah baiknya kita mengawalinya melalui unit sosial yang paling inklusif yang kita sebut masyarakat. Alasannya, karena masyarakat biasanya dipandang sebagai entitas yang paling lengkap di mana sistem-sistem di dalamnya dapat dievaluasi. Sistem dengan demikian merupakan abstraksi masyarakat yang sebenarnya. Selain itu, fenomena masyarakat apa pun dapat dipandang sebagai satu atau sejumlah sistem.
Di samping itu, ada satu hal penting yang perlu diungkapkan bahwa interaksi politik membentuk sistem analitis. Hal ini mencoba menunjukkan makna dari usaha membangkitkan citra empiris sistem yang demikian. Sejalan dengan hal tersebut, berangkat dengan pendapat bahwa sistem politik adalah merupakan sistem manusia sebagai makhluk biologis, maka akan terdapat kesulitan.
Namun kedudukan mereka sebagai makhluk biologislah yang nampaknya akan kita kaji lebih dalam. Pada prinsipnya, kita membayangkan setiap individu sewaktu ia berinteraksi satu sama lain dan mereka semua saling mempengaruhi bersama-sama, dan berlangsung sepanjang waktu untuk membentuk suatu gambaran yang sederhana dan sangat memuaskan sebuah sistem politik.
Berangkat dari hal tersebut bahwa semua sistem tingkah laku bersifat analitik. Untuk tujuan-tujuan yang terbatas, beberapa diantaranya bersifat diferensiatif, spesifik dan terpadu, ini dapat kita sebut organisasi-oganisasi, sistem peranan ataupun keanggotaan sistem. Namun yang lainnya bersifat menyebar dan tidak diferensiatif yang terlibat di dalam rangkaian jenis interaksi analitikal lainnya.
Dalam masyarakat yang diferensiatif berbagai peranan khusus yang timbul dalam sistem politik nampaknya menduduki hampir seluruh interaksi manusia sebagai makhluk biologis, paling tidak merupakan bagian terbesar daripadanya sehingga manusia di identifisir dengan nama serta peran itu sendiri.
Pada dasarnya, kita dituntut untuk dapat mengidentifikasikan sistem politik yang mana hal tersebut bertujuan untuk dapat membedakannnya dengan yang lainnya. Dalam identifikasi ini, setidaknya ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu unit-unit dalam sistem politik dan pembatasan. Adapun mengenai pembatasan, ini perlu diperhatikan ketika kita membicarakan sistem politik dengan lingkungan.
Di dalam kerangka kerja suatu sistem politik, terdapat unit-unit yang satu sama lain saling berkaitan dan saling bekerja sama untuk mengerakkan roda kerja sistem politik. Unit-unit ini adalah lembaga-lembaga yang sifatnya otoritatif untuk menjalankan sistem politik seperti legislatif, eksekutif, yudikatif, partai politik, lembaga masyarakat sipil, dan sejenisnya. Unit-unit ini bekerja di dalam batasan sistem politik, misalnya cakupan wilayah negara atau hukum, wilayah tugas, dan sebagainya.
Kembali pada pembahasana tetang interaksi politik maka dalam konteksnya yang paling luas, penelitian kehidupan politik seperti halnya dalam ekonomi, keagamaan, atau aspek-aspek kehidupan lainnya, dapat dijelaskan sebagai seperangkat interaksi sosial yang berlangsung diantara sejumlah besar individu dan kelompok-kelompok. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa, interaksi merupakan kesatuan analisis dasar.
Untuk selanjutya kita akan mengadakan pengujian interaksi politik. Faktor yang membedakan interaksi-interaksi politik dari semua jenis interaksi sosial lainnya adalah bahwa seluruh rangkaian interaksi tersebut secara dominan beorientasi ke arah alokasi nilai-nilai otoritatif bagi sebuah masyarakat. Penelitian politik, dengan demikian akan mencoba memahami sistem interaksi tersebut di dalam sebuah masyarakat melalui ikatan atau alokasi otoritatif yang demikian ditetapkan dan dilaksanakan. Jadi singkatnya, alokasi-alokasi otoritatif mendistribusikan berbagai hal penting di antara orang-orang atau sejumlah kelompok lewat satu atau lebih dari tiga cara yang tersedia.
Alokasi bisa menghilangkan suatu nilai yang sudah dipunyai oleh seseorang atau mungkin pula menghalangi proses pencapaian nilai-nilai lain yang akan diperoleh atau bisa juga memberikan kepada sejumlah orang peluang untuk menggunakan nilai-nilai sembari menghujad yang lain.
Dalam rangka menjaga sistem politik masyarakat secara lebih utuh berbeda dari sistem yang kurang inklusif, di dalam buku ini Easton akan menunjukkan pada sistem politik intenal berbagai kelompok dan organisasi sebagai ‘parapolitical sistem’ dan ‘polical system’ untuk kehidupan politik dalam unit yang paling inklusif untuk di analisa yaitu dalam masyarakat.
Pada dasarnya, antara parapolitical system dan political system memiliki kesamaan dalam hal proses-proses dan struktur. Namun dalam substansinya keduanya memiliki perbedaan, dalam hal ini sekurangnya terdapat dua hal penting yaitu ; pertama, merupakan aspek-aspek subsistem dalam masyarakat dan kedua, parapolitical system hanya bersangkutpaut dengan alokasi otoritatif di dalam kelompok.
Selanjutnya pembahasan selanjutnya yang akan dibahas adalah mengenai lingkungan dalam sistem politik.
Telah ditandaskan bahwa derajat perbedaan-perbedaan sitem-sistem politik dari dari sistem-sistem sosial lainnya dan oleh karena itu, kita bisa menambahkan kejelasan batasan antara sistem-sistem tersebut satu sama lain dapat ditandai lewat sifat-sifat sebagai berikut :
1- Tingkat perbedaan sejumlah peran dan aktivitas politik dari peran dan aktivitas lainnya atau sebaliknya, sejauh mana ia ditempatkan dalam struktur-struktur yang terbatas seperti keluarga dan kelompok-kelompok persaudaraan.
2- Sejauh mana para pelaku peran-peran politik membentuk kelompok yang terpisah dalam masyarakat dan memiliki perasaan solidaritas dan kohesi.
3- Sejauh mana peran-peran politik mengambil bentuk hirarki yang bisa dibedakan dari hirarkilainnya atas dasar faktor kekayaan, martabat, atau kriteria non politik lainnya.
4- Sejauh mana proses-proses pengarahan dan kriteria pemilihan membedakan pelaku-pelaku sistem politik dibandingkan dengan peran-peran lainnya.
Kesimpulan
Ciri-ciri sistem politik yang membedakan dengan sistem sosial
lainnya dan juga sistem mekanik dan biologis, ialah bahwa ia tidak harus
tidak berdaya dalam menghadapi gangguan-gangguan yang meungkin
menghadangnya. Karena hakikat tersebut anggota suatu sistem politik
mempunyai keuntungan, tetapi mereka tidak selalu mengambil kesempatan,
menanggapi tekanan yang demikian untuk dapat meyakinkan kelangsungan suatu
sistem dari membuat dan melaksanakan keputusan-keputusan yang mengikat.
Selanjutya, yang merupakan gambaran fenomena ini adalah bahwa sistem-sistem politik melalui reaksinya sendiri menanggapi berbagai tekanan sehingga mampu
bertahan walau dalam suatu perubahan dunia yang cepat dan ia menampilkan
masalah pokok untuk diselidiki secara teoritis. Gambaran teori sistem
menghadapi berbagai tekanan luar sama halnya dengan makhluk hidup atau
organisme yang mampu menangkal berbagai ganguan penyakit dan virus,
seperti manusia yang memiliki kekebalan dan mekanisme membunuh kuman,
bakteri dan virus.
Sedangkan, sumber-sumber tekanan sistem politik tidak harus bersifat sangat dramatis seperti perang-perang, revolusi, atau trauma sosial lainnya. Sesungguhnya,
secara normal semua sumber tersebut bersifat prosaik. Sumber-sumber
tersebut kemungkinan berasal dari kesatuan yang konstan, tekanan-tekanan
setiap hari dalam kehidupan politik. Tanpa bantuan dari berbagai kemelut
tertentu, nampaknya ia mampu menciptakan tekanan-tekanan serius pada
kemampuan sistem politik untuk tetap bertahan atau pada kemampuan anggota
masyarakat untuk meyakinkan sebuah kerangka untuk membuat dan
melaksanakan keputusan yang otoritatif. David Easton membagi sumber
tekanan itu menjadi dua yaitu sumber-sumber tekanan yang berasar dari
internal dan sumber-sumber tekanan yang berasal dari eksternal. Yakni
tekanan yang berasal dari lingkungan intara dan ekstra sosial.
Sumber tekanan internal berupa disorganisasi dan pengrusakan,
hubungan-hubungan antara para anggota sistem cenderung menjadi fokus-
bentuk-bentuk antagonisme yang paling mencolok dalam masyarakat. Dalam
masyarakat terdapat bermacam-macam sarana dalam mengatasi dan memcahkan
masalah tentang bagaimana nilai-nilai langka didistribusikan dan
digunakan.
Sedangkan yang menjadi tekanan eksternal biasanya adalah hal-hal yang luar
biasa yang memaksa masyarakat untuk tidak mampu menyelesaikan kemelut
dalam sistem politik, suatu keadaan yang bila terjadi akan menyebabkan
kejatuhan pada masyarakat tersebut secara keseluruhan. Sistem bisa
bertahan bila mampu mengatasi takanan-tekanan yang ada sehingga terjadi
Persistensi sistem itu sendiri.



DAFTAR PUSTAKA

Easton, David, Kerangka Kerja Analisis Sistem Politik, Jakarta : PT Bina Aksara, 1985
Mas’oed, Mohtar, dan Colin MacAndrews, Perbandingan Sistem Politik, Yogyakarta, Gadjah Mada Press. 1990,
Pribadi, Toto, Dkk., Sistem Politik Indonesia, Indonesia : Universitas Terbuka, 2006

0 Response to "SISTEM POLITIK VERSI EASTON"

Posting Komentar