PEMIKIRAN POLITIK NEW LEFT

Teori marx mengenai kelas, perjuangan kelas, perkembangankapitalisme, revolusi social, materialisme histories dan lain-lain telah dikritik dengan sangat keras.. begitu kerasnya keritik itu, Marxisme seakan kehilangan relevansi teoritis dan praxisnya dewasa ini. Lalu, yang tetap mengikat dari Marxisme seakan-akan hanyalah semangat pembebasannya belaka. Max Weber, Ralf Dehrendorf, Ali Syariati Karl Popper, Muttahari, adalah sejumlah kecil ilmuan yang mengkritik Marxisme dalam karya-karya mereka.

Semakin dikritik dan dikecam, Marxisme tetap tidak kehilangan daya tarik. Terbukti dengan banyaknya kalangan akademisi, aktivis dan ideology (juga demagog) merevitalisasi dan mengkontekstualisasi ajaran-ajaran Marx sesuai dengan episode sejarah mereka sendiri. Lahirnya faham komunisme (1917), aliran Frankfurt di Jerman, Teori Dependensia di Amerika Latin dan Faham kiri baru (new leftism) di Amerika Serikat dan Eropa merupakan contoh tentang upaya itu.

New Left sebenarnya tidak begitu besar pengaruhnya di Barat, dibanding misalnya dengan aliran Marxis lainnya. Irving Howe mencatat bahwa pengaruh gerakan ini hanya menyentuh segelintir segmen social Amerika di antaranya kaum intelektual dan mahasiswa kampus-kampus terkemuka. New Left kurang berpengaruh pada institusi-institusi utama dan kelompok-kelompok social yang justru merupkan agen-agen revolusi. Misalnya kelas-kelas pekerja (the warking class). Di Barat gerakan ideology New Left telah semaput meski uniknya di Indonesia ideology ini justru menunjukkan tanda-tanda “kebangkitannya”. New Left, juga beberapa aliran Kiri lainnya seperti Marxisme, Sosialisme Demokrasi dan bahkan komunisme telah dijadikan model ideology alternative bagi segmen-segmen social tertentu di Indonesia.

A- KONTEKS HISTORIS NEW LEFT

New Left adalah ‘kejutan’ dalam sejarah pemikiran dan pergerakan social kaum muda di Amerika Serikat maupun di Negara-negara Eropa. Ideology new Left hadir di tengah-tengah peradaban Barat, khususnya Amerika dan beberapa Negara Eropa,yang kapitalistik dan modern pasca Perang Dunia I dan II New Left merupakan ‘anak kandung’ sebuah generasi yang membisu dan decade 1950an.

Sarjana sepertiJohn P. Diggins melacak konteks histories dan factor-faktor yang membentuk gerakan intelektual ini. Pada dua decade awal XX dunia mengalami depresi ekonomi amat parah. Amerika Serikat termasuk Negara Barat yang paling parah menanggung akibat depresi ekonomi itu. Keadaan ini semakin parah dengan meledaknya Perang Dunia I (1914-1919) dan Perang Dunia II (1938-1945). Namun demikian, pasca depresi ekonomi dan perang dunia itu Amerika Serikat berhasil bangkit dan menuju ke fase kemakmuran ekonomi. Pendapatan rakyat Amerika meningkat signifikan, industri dan korporasi Negara dan swasta berkembang pesat, perdagangan luar negeri menunjukkan peningkatan berarti. Masyarakat Amerika Serikat lalu menjadi sebuah masyarakat makmur (the affluent society) di dunia. Dalam konteks masyarakat seperti itulah lahir kaum muda yang kemudian mengklaim dirinya sebagai New Left.

Mereka adalah generasi yang orang tuanya lahir dan dibesarkan dalam decade 1930-1940-an. Perbedaan zaman itulah yang membedakan kedua generasi itu. Generasi 1930-1940-an adalah generasi yang mengidap berbagai persoalan hidup, trauma psikologis amat parah akibat Perang Dunia I dan II, kekejaman militerisme, depresi ekonomi yang melaratkan jutaan manusia dengan segala implikasinya, merajalelanya totalitarianisme dalam bentuk fasisme dan komunisme dan lain-lain. Generasi ini hidup dalam kesengsaraan yang amat parah. Bagi kaum Yahudi Amerika, trauma psikologis yang dialami lebih parah lagi. Kita mafhum sebagian komunitas Yahudi yang bermukim di Amerika adalah para migran dari beberapa Negara Eropa terutama Jerman. Mereka bermigrasi ke Amerika karena menghindari kekejaman fasisme Hitler. Di Amerika, kaum Yahudi ini merasa at home dan berhasil mengembangkan kehidupan ekonomi dan intelektualnya jauh lebih maju dibandingkan kaum migran lainnya.
Generasi New Left dilahirkan dalam kehidupan makmur pasca krisis. Namun di sini letak persoalannya. Kemakmuran ekonomi dan material justru membuat generasi baru ini berjarak dengan generasi orang tua mereka. Ada semacam ‘jurang generasi’ (generation gap) yang cukup dalam di antara dua kedua generasi itu yang terbukti dari kemarahan dan kebencian generasi baru itu terhadap generasi orang tua mereka. Kaum muda menolak hegemoni dan dominasi orang tua atas diri mereka. Klaim-klaim sepihak orang tua bahwa anak harus patuh dan hormat kepada orang tua dianggap, mengutip Diggins, ‘pembudakan institusional’. Otoritas orang tua terhadap anak bersifat eksploitatif, menindas, dan tidak berbeda dengan perbudakan yang dilembagakan.

B- OLD LEFT DAN NEW LEFT

New left merupakan salah satu varian pemikiran Kiri di abad XX. Sebagai aliran pemikiran (dan praxis politik), ia memiliki kesamaan dengan aliran pemikiran Kiri pada umumnnya. Ada perdebatan seputar pemahaman apakah makna kiri itu, suatu jargon ideology ataukah sepenuhnya berkonotasi akademis. Kiri menurut beberapa sarjana ilmu politik sepenuhnya istilah akademik. Istilah itu biasa dipakai dalam wacana-wacana keilmuan, khususnya ilmu politik. Kiri, menurut Kazuo Shimoghaki, berarti kelompok radikal, sosialis, komunis, anarkis, reformis, progresif atau liberal. Dari perspektif sejarah, orang-orang diidentifikasi sebagai kaum kiri menurut Shimoghaki mulai muncul di zaman Revolusi Perancis (1789).

Paul John Diggins dalam buku yang telah kita kutip di atas The American Left in the XXth Century mendefinisikan Kiri sebagai kelompoksosial politik yang memiliki beberapa karakteristik berikut, Kiri umumnya dinisbahkan kepda mereka yang menghendaki perubahan tatabab social politik yang ada. Kebalikan dari kelompok ‘kanan’ (Rightist) yang berupaya mempertahankan tatanan social itu. Kedua, ‘kiri’ berkonotasi pada cita-cita politik Eropa seperti kebebasan (liberty), keadilan (justice), persamaan (equality), dan demokrasi (democracy). Ketiga ‘kiri’ sering diasosiasikan dengan pembelaan terhadap (hak-hak) demokrasi ekonomi.
Diakui kaum ‘kiri’ bahwa liberalisme telah berhasil mendemokratisasi lembaga-lembaga politik di satu sisi. Namun, di sisi lain liberalisme gagal mendemokratisasi kehidupan ekonomi rakyat banyak. Mayoritas rakyat tetap miskin, sementara segelintir kapitalis menguasai akumulasi modal dan alat-alat produksi. Keadaan ini menurut kaum ‘kiri’ harus diubah dengan mengakhiri kapitalisme dan mempromosika sosialisme.

‘kiri’ juga memiliki tradisi pembangkangan. Pembangkangan ini bukan bagian dari filosofi, tetapi taktik atau metode protes dan berkomunikasi dengan public. Pembangkangan ditujukan kepada otoritas Negara atau tirani mayoritas. Tradisi pembangkangan bersifat individualistic, anarkis, spiritualistic dan mistis. Tradisi ini menyebabkan sejarah pergerakan kaum ‘kiri’ di banyak Negara umumnya diwarnai oleh gerakan-gerakan oposisi terhadap kekuatan-kekuatan penindas. Keempat, ‘kiri’ berkonotasi rasionalisme dan ideology. Sebagai sebuah systematic mind, ‘kiri’ merasa optimis dengan kebaikan alami manusia. Kebalikan dari pandangan kaum ‘kanan’ yang lebih mementingkan emosi daripada akal sehat dan menilai manusia berdosa.

Old left adalah salah satu varian kaum kiri. Umumnya generasi Old Left terdiri dari orang-orang Yahudi Rusia dan keturunan Eropa Timur yang lahir di Amerika (khususnya New York) atau bermigrasi ke Amerika karena berbagai alasan. Mereka adalah generasi yang dilahirkan dalam suasana depresi , kekacau-kacauan akibat perang, maraknya gerakan fasisme di Eropa dan kebangkitan komunisme di Uni Soviet maupun Eropa Timur. Berbagai implikasi social, intelektual, politik dan cultural dari peristiwa-peristiwa itu membentuk karakter generasi Old Left Amerika khususnya pada decade 1930-an. Ketakutan, kecemasan, kekecewaan dsan perasaan-perasaan tidak aman akibat depresi dan peperangan membentuk karakter generasi Old Left.

C- WRIGHT MILLS DAN HERBERT MARCUSE

Dari sisi histories, New Left sebenarnya merupakan produk evolusionis histories pemikiran-pemikiran kiri yang berkembang sebelumnya di Barat, antara lain pemikiran Old Left. New Left bisa dikatakan sebagai sebuah kelanjutan, kritik dan otokritik dari Old Left. Keduanya juga sama-sama aliran marxis. Pemikiran-pemikiran Marx kental mewarnai corak kedua aliran kiri itu. Perbedaannya hanyalah pada sisi dimana Old Left lebih berorientasi pada jajaran-jajaran Marx Tua sementara New Left (setidaknya pada awal perkembangannya) ajaran-ajaran Marx muda.

Pemikiran Old Left seperti C. Wright Mills turut membidani kelahiran gagasan-gagasan New Left khusunyadi era 1950-an. Oleh karena itu, ia kemudian dinisbahkan sebagai seorang tokoh penting aliran New Left. New Left juga mengadopsi pemikiran tokoh lain seperti Herbert Marcuse, Erich Fromm, Paul Castro, Franz Fanon dan lain-lain. Di sini saya akan menguraikan beberapa pemikiran tokoh tersebut yang dinilai signifikan dalam pembentukan karakter pemikiran New Left.

C. Wright Mills menurut Diggins tokoh utama yang memberikan inspirasi bagi gerakan-gerakan New Left. Dalam riwayat hidupnya, Mills dilukiskan sebagai seorang skeptis, pragmatis dan radikalis. Dia juga dikenal sebagai Marxis dan Machievellianis yang memuja kekuasaan. Dari karya-karyanya, para mahasiswa belajar tentang hegemoni ideologis elite-elite penguasa, mitos-mitos penelitian empiris dan pentingnya untuk merumuskan sebuah teori sosiologi yang mampu mengkonfrontasikan hubungan-hubungan manusia secara moral. Di atas itu, Mills dianggap tokoh penting tradisi kritisme dan pembangkang social budaya Amerika kontemporer. Adapula yang menganggapnya sebagai representasi populisme Midwestern dan aliran filsafat politik egalitarian Amerika.

0 Response to "PEMIKIRAN POLITIK NEW LEFT"

Posting Komentar